Selasa, 04 Januari 2011

Berita Natal dari Suwung

Siang itu, 27 Desember 2010, saya dan teman-teman persekutuan berniat pergi mengunjungi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang terletak di daerah Suwung. Kegiatan ini tanpa perencanaan dari jauh-jauh hari, bahkan cenderung dadakan (iye, niatnya agak-agak kurang niat emang -_-), malah sempat hampir nggak jadi berangkat karena beberapa teman ada yang batal ikut, termasuk adik saya sendiri.....wakakaka

Yah...tapi akhirnya toh kami jadi juga berangkat. Untuk pertama kalinya kami akan merayakan Natal bersama sebuah keluarga pemulung yang tinggal di tempat pembuangan sampah. Iya, ini kunjungan pertama saya. Setelah bertahun-tahun menjadi warga kota Denpasar yang tinggalnya nggak jauh-jauh amat dari lokasi TPA, saya memang baru pertama kali datang ke daerah sini :D

Kami tiba di kawasan TPA sekitar pukul 3 sore...

Sama seperti keadaan di rumah, di kosan, dan di sepanjang jalan (yang becek dimana-mana karena habis diguyur hujan semalam suntuk), kondisi TPA pun tidak jauh berbeda...becek dimana-mana dan ummm...bau sampah menusuk hidung...hehe.. (namanya juga di TPA, gimana sih?). Berhubung nggak ada yang bawa masker penutup hidung, jadi mari kita nikmati saja aroma menyengat perjalanan ini.

Setelah menempuh perjalanan becek selama sekian jam menit dari jalan raya ke dalam lokasi TPA, kami akhirnya tiba di TK Samaritania 2. Bangunan TK ini terletak persis di tengah-tengah pemukiman pemulung, yang mana letaknya sangat dekat dengan 'bukit' sampah, tempat para pemulung disana mengais rejeki. Saya kagum dengan misi dan kepedulian orangtua dari Lidia yang membangun sekolah itu. Sekolah itu ditujukan bagi anak-anak pemulung, dan orang tua mereka tidak perlu membayar iuran sekolah.

Perayaan Natal sederhana kami bersama keluarga Pak Bambang dan Bu Ginten diadakan di dalam salah satu ruangan TK tersebut. Sebenarnya kami ingin mengunjungi 'rumah' mereka. Namun mereka tampaknya agak keberatan kami masuk dalam tempat tinggal mereka. Selain ruangannya sempit, Bu Ginten bilang, kalau siang udara di dalam sana sangat panas. Mereka biasanya jarang berada di dalam rumah pada siang hari. Jadi kami pun akhirnya meminjam ruangan TK tersebut. Memang ruangan di dalam sekolah ini berukuran jauh lebih lapang, dilengkapi dengan kipas angin yang ditempel di dinding serta berlantaikan keramik.

Awalnya kami hanya ngobrol dan berkenalan sambil makan kue yg kami bawa sendiri. Lalu seorang teman mengajak kami merenungkan Injil dan kisah kelahiran Kristus yang pertama kali dibawa oleh malaikat kepada para gembala, kaum yang termarjinalkan di masyarakat. Ketika hendak menutup rangkaian ibadah sederhana sore itu dengan berdoa bersama, Pak Bambang dan Bu Ginten bercerita bagaimana mereka mengikut Tuhan. Mereka berasal dari keluarga yang bukan orang percaya. Pak Bambang pun mulai menceritakan kesaksian mereka mengikut Tuhan selama ini. Bagaimana mereka berjuang untuk membesarkan anak-anak mereka dengan pendapatan yg tidak tentu. Tapi mereka selalu percaya, Tuhan Yesus akan selalu mencukupkan kebutuhan mereka. Pak Bambang tidak sedikitpun mengeluh tentang hidupnya yang hanya seorang pemulung. Dulunya, ia pernah mencoba bekerja sebagai kuli bangunan juga. Sebelum akhirnya kembali menjadi pemulung lagi.

Kami jadi merasa malu mendengar sharing mereka. Apa yang sering kami keluhkan selama ini tidak ada apa-apanya dibanding apa yang Pak Bambang dan Bu Ginten alami. Saya makin merasa tertegur ketika Bu Ginten bercerita bagaimana ia sebenarnya sangat rindu untuk ikut ibadah. Namun jarak tempat ibadah yg lumayan jauh dan kondisi kesehatan Bu Ginten yang saat itu kakinya sering sakit-sakitan, membuat ia jadi tergantung dengan orang lain. Kalau ada jemaat yg memiliki motor atau mobil dan menawarkan jemputan, baru mereka bisa pergi ibadah. Lebih sering Pak Bambang sendiri yang pergi ibadah dengan menggunakan sepeda.

Natal tahun ini sungguh berkesan. Alih-alih berpikir ingin berbagi berkat dengan keluarga pemulung, justru kami yang pulang dengan membawa banyak pelajaran. Pelajaran hidup yang mungkin tidak akan pernah kami lihat secara langsung di gereja, di persekutuan, atau di tempat tinggal kami.


*****

Catatan untuk Lia:

di tengah hiruk pikuk liburanmu saat ini, di antara sisa-sisa kue kering dalam stoples kaca di ruang depan, di antara undangan perayaan Natal yang masih akan terus ada hingga akhir bulan Januari, bahkan ada yang nggak kebagian tanggal dan tempat, jadi mau nggak mau perayaan natal baru diadakan di bulan Februari, di antara sampah-sampah bungkusan kado natal yang masih terkumpul di tempat sampah kamarmu, di antara euforia perayaan Natal di kotamu..................masih ingatkah kamu bagaimana peristiwa Natal pertama itu? 

Mungkin kamu sudah hafal teks berikut ini. Tapi akan ku ajak kamu membacanya lagi, kali ini bacalah dengan sangat perlahan, resapi tiap kata dan kalimat, dan bayangkan kamu sedang berada di malam itu,

...di malam Natal yang pertama.

*****
Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.

Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.

Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, -- karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud -- supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.


Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin,
dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung,
lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan,
karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang
menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
 
Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka
dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.

Lalu kata malaikat itu kepada mereka:
"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: 

"Hari ini telah lahir bagimu
Juruselamat, yaitu
Kristus, Tuhan,
di kota Daud."

*****
** Tulisan ini dibuat agar kamu tidak lupa. Iya, ini untuk kamu.
 Kamu yang selalu saya lihat setiap pagi, di depan cermin.
..Selamat Natal..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar