Who am I, that the Lord of all the earth, would care to know my name
Would care to feel my hurt.
Who am I, that the Bright and Morning Star, would choose to light the way
For my ever wandering heart.
Not because of who I am, but because of what You've done
Not because of what I've done, but because of who You're
I am a flower quickly fading, here today and gone tomorrow
A wave tossed in the ocean, a vapor in the wind
Still You hear me when I'm calling
Lord, You catch me when I'm falling and You've told me who I am
I am Yours, I am Yours
Would care to feel my hurt.
Who am I, that the Bright and Morning Star, would choose to light the way
For my ever wandering heart.
Not because of who I am, but because of what You've done
Not because of what I've done, but because of who You're
I am a flower quickly fading, here today and gone tomorrow
A wave tossed in the ocean, a vapor in the wind
Still You hear me when I'm calling
Lord, You catch me when I'm falling and You've told me who I am
I am Yours, I am Yours
Lagu ini selalu mengingatkan saya...
pada momen retreat di Sarfat, sepulang saya mengikuti Kamp Regional Bersama di Batu, Malang. Saya datang dengan identitas sebagai anak bawang di kepengurusan PMK dan masih sangat takut untuk memimpin kelompok kecil. Sebelum berangkat, saya sempat berpikir macam-macam: takut dicekoki doktrin yang aneh-aneh. Saya memang cukup parno waktu itu. Tapi, apa yang saya kuatirkan tidak terbukti. Justru sebaliknya. Saya pulang ke kota saya dengan hati yang meluap-luap dan pikiran yang sedikit banyak diubahkan. Konsep berpikir saya yang selama ini sangat sempit tentang kekristenan dan pelayanan, entah kenapa mulai terbuka. Disana juga pertama kali saya 'dikasitau' apa itu AWG, alone with God. Baru sadar pentingnya momen hening itu...betapa butuhnya setiap orang dengan retreat, pergi mengasingkan diri dari hiruk pikuk pelayanan dan keramaian kota, berdiam diri...mendengarkan...menikmati kehadiran Tuhan.
Saya berani katakan, itu adalah retreat yang paling berkesan bagi saya. Saya merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah fellowship yang ada. Hmm...seharusnya seperti itulah sebuah retreat, tanpa sesi-sesi yang berat :p. Ah, saya jadi merindukan momen tiga tahun lalu itu. Bisa mendengar sharing langsung dan melihat secara langsung teladan dari mereka, para pelayan siswa-mahasiswa-alumni. Saya menyebutnya, orang-orang yang radikal tapi sederhana. Tersimpan dalam memory saya yang terbatas ini, bahwa orang-orang yang saya temui selama di sana ialah para pelayan yang belum pernah saya jumpai sebelumnya. Mungkin di kota saya, pergaulan pelayanan saya sangat sempit ya, jadi tidak pernah bertemu orang-orang seperti ini. Tapi jujur saat itu saya merasa tertarik dan ingin kenal mereka lebih lagi. Lebih tepatnya, ingin makin mengenal DIA yang mereka layani itu.
Mungkin terlalu cepat saya menyimpulkan apa yang saya lihat. Dan saya tahu, tidak ada komunitas yang benar-benar sempurna. Saya hanya tidak terjun di dalam sana dan hanya melihat dari luar, apalagi retreat itu hanya beberapa hari. Tapi sungguh, mengingat suasana dan orang-orang di RPP selalu membuat saya terdiam. Intropeksi diri. Bagaimana saya di mata orang-orang yang baru saya temui, di pikiran orang-orang yang saya layani? Siapakah yang mereka lihat ketika saya hadir, atau melayani...diri saya ataukah Yesus? Adakah Yesus yang mereka lihat dalam diri saya?
*************************************
KUSADARI (VOG)
Terkadang apa yang kubayangkan tak seperti kenyataan
Kekecewaan dan keputusasaan membayangi hidupku
Inginku berlari, namun ku tak mampu...
Dibatas akhir kekuatanku Kau datang dengan kasihMu
Menyentuh hatiku dan bangkitkan semangat hidupku
'Tuk melangkah tinggalkan masa lalu
Kusadari kasihMu takkan pernah berakhir
Kau berikan arti dalam hidupku
Kerinduanku selalu berada di dekatMu
Berjalan dalam kasih dan kebenaranMu sampai akhir hidupku
Kini tiada lagi keraguan berganti dengan kepastian
Sungguh Kau jawaban hidupku, Kaulah harapanku
Hanya diriMu satu di dalam hatiku
**
Selain mengingatkan saya pada momen retreat, kedua lagu ini juga mengingatkan saya untuk tidak melupakan identitas diri saya yang sebenarnya. Kalau diingat-ingat berapa sering saya berkata, "Heiiii kamu itu siapa sih, Lia? Kamu itu tidak layak untuk melayani Raja...kamu itu bukan siapa-siapa. Bukannya kamu itu cuma seorang manusia pemberontak?"
Manusia memang bukan siapa-siapa. Saya memang bukan siapa-siapa. Hanya manusia lemah yang sering jatuh dalam dosa. Dan kebenaran bahwa saya hanya debu tanah itu menunjukkan saya memang bukan siapa-siapa. Bukankah ada juga yang pernah berkata, hidup manusia itu seperti uap, sebentar saja hilang lenyap. Jadi? Cuma debu, tanah, uap, lantas apa yang mau disombongkan?!
Namun kebenaran lainnya adalah, saya yang bukan siapa-siapa ini ternyata berharga di mataNya. Saya ternyata diciptakan serupa gambarNya. Saya ini milik kepunyaanNya. Saya ternyata berharga dan dikasihi! Ternyata ada sebuah Pribadi yang mengasihi saya yang berdosa ini, mengasihi saya yang tidak layak untuk dikasihi! Tidak ada yang sanggup mengasihi saya lebih dari kasihNya! Dia bahkan rela mati untuk saya!
Seharusnya kebenaran ini yang menjadi identitas saya. Yang saya bawa kemanapun saya pergi. Dimanapun saya berada.
Dan hei, saya mau bilang....kamu memang bukan siapa-siapa, sama seperti saya. Tapi ingat, dirimu berharga di mataNya dan DIA sangat mengasihiMU!!
(Yohanes 3:16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar