Senin, 07 Oktober 2013

senja di kampung Oma

Pagi pertama.
Kukuruyuuuuuuuuk. Suara beberapa ayam jantan milik Oma dan milik tetangga kiri kanan terdengar sahut menyahut, seakan berlomba membangunkan manusia untuk menyadari ada satu lagi hari baru yang diberikan cuma-cuma untuk mereka. Dua puluh menit lalu, aku sudah bangun, lalu keluar kamar memakai sweater dan duduk di teras depan. Sengaja menunggu momen terindah setiap pagi menjelang: ketika terang perlahan-lahan muncul mengalahkan kegelapan malam. Matahari baru benar-benar terbit beberapa menit kemudian. Beberapa penduduk nampak lewat di depan rumah, ada yang menuju pasar atau ladang, beberapa lainnya memakai seragam kerja. Aku baru saja selesai ber-saat teduh, hendak menutup Alkitabku, ketika beberapa orang anak tetangga berbaju seragam merah putih berjalan kaki melewati depan rumah dan meneriakiku, "Selamat pagi, kakaaaak!". Semangat sekali anak-anak kampung ini.
 
"Selamat pagi juga, adik! Pi sakolah ko?", tanyaku sambil menghampiri mereka ke pinggir jalan. Rumah Oma memang persis di tepi jalan kampung ini. 

"Iya kakak. Katong ulangan umum ini hari.", jelas mereka sambil berhenti dan memberitahukanku bahwa mereka ada ulangan umum hari ini.

"Ho, basong berangkat su. Ulangan babaik o...kerja sandiri. Oke?" pesanku kepada mereka agar tidak menyontek nanti saat ulangan. Naluri Ibu guruku mulai keluar. hehehe. Beberapa dari mereka menganggukkan kepalanya, sisanya saling melirik satu sama lain. Yang keesokan harinya, aku baru tahu kalau sebagian dari adik-adik itu bingung dengan kata-kataku, "Memangnya kapan katong sonde kerja ulangan sandiri?" :)

Aku sedang memperhatikan rombongan kecil itu lewat, sambil menguap, ketika salah satu anak, Theda, berhenti dan menoleh ke arahku, "Nanti sore katong pi bermain di kali lagi e, kak?". Aku tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menunjukkan jempol ke arah mereka. Kemarin ketika baru tiba dari bandara, aku dan adikku memang ingin sekali mandi di kali belakang rumah Oma. Disanalah kami bertemu dan berkenalan dengan anak-anak ini. Kami berjanji sore nanti mau bermain di kali lagi.
 
Pagi yang indah di tanah kelahiranku.
 
Aku pun segera kembali ke dalam rumah Oma, mengambil pakaian dan keperluan mandi, lalu menuju ke kamar mandi. Aku memang berencana bangun pagi karena ingin ikut berbelanja ke pasar. Aku harus segera mandi sebelum sepupu-sepupuku yang lain bangun dan rebutan kamar mandi. Maklum,  kamar mandi di rumah Oma hanya ada satu. Sedangkan selama beberapa hari ini rumah Oma ramai dengan anak-anak dan para cucu. Tanpa menunggu lama, aku pun berjalan menuju kamar mandi yang memang masih kosong.

Rumah Oma sudah ramai ketika aku, bibiku dan sepupuku kembali dari pasar. Begitulah kalau keluarga besar sedang berkumpul.
Sejak kecil, aku selalu menyukai suasana kumpul-kumpul seperti ini. Sayangnya, suasana seperti ini muncul hanya ketika ada saudara yang akan menikah. Selebihnya, kami jarang sekali berkumpul seperti ini. Kali ini, kakak sepupu perempuanku, berumur delapan tahun di atasku, yang akan melepas masa lajangnya.

***

Usai sarapan bersama, seluruh keluarga besar dan para tetangga di sekitar sudah berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Ternyata ketika tadi aku ke pasar, pamanku sudah membagi tugas untuk masing-masing orang. Begitulah adat di kampung, gotong royong masih kental terasa. Tidak perlu menyewa wedding organizer, keluarga dan para tetanggalah WO-nya. Saatnya aku bergabung dengan kelompok perempuan (di sekitar dapur dan ruang tamu) dan mulai bekerja.

Empat jam berlalu.

Mamaku memintaku dan sepupuku untuk mengantarkan makan siang untuk kelompok pria, yang sedang sibuk bekerja di halaman depan dan rumah sebelah. Saat itulah aku melihatnya. Di antara kerumunan orang banyak,
ternyata lelaki itu sengaja datang untuk membantu pamanku. Bekerja. Memotong. Menarik. Memasang. Memotong daging. Pergi ke kota membeli sesuatu. Memasang ini itu. Aku tidak sempat memperhatikannya lebih lama, karena kami sudah dipanggil lagi ke dalam.

Di dalam rumah dan di dapur, kami para perempuan juga sibuk. Sibuk 'bermain' dengan pisau, bawang, tacu, kuali, bumbu rempah, membuat bermacam-macam kue, menggoreng daging, merebus, menanak nasi, membuat sambal lu'at, mondar-mandir. Sambil mulut tak pernah diam, bergantian melempar topik obrolan.
Tentang resep masakan, tentang hari depan, tentang nasehat untuk kami anak muda, tentang perjalanan mengikut Tuhan. Aku lebih banyak mendengar dan menikmati percakapan. Bersyukur isinya bukan tentang gosip artis atau membicarakan orang yang tidak penting.

Lelaki itu berkali-kali menoleh ke arahku dan menatapku terus menerus. Tapi itu hanya kata sepupuku yang tidak ku percaya. Mana mungkin? Tiap ada yang bercerita dan melemparkan kelakar sampai semua tertawa, aku selalu menoleh ke arah lelaki itu beberapa detik. Dan dia selalu sibuk bekerja. Ah, sepupuku memang sok tau. Mana mungkin lelaki itu menoleh ke arahku?

Satu jam telah berlalu. Beberapa kue mulai matang dan aku berdiri untuk menempatinya dalam wadah stoples kaca. Sebuah cerita lucu dilontarkan tentang kakak sepupu laki-lakiku (yang sedang bekerja di halaman depan, jadi tidak mungkin mendengar), membuat tawa kami tidak berhenti. Tertawa sampai air mata ikut keluar. Tanpa sadar, aku refleks menoleh ke arah lelaki itu. Eh? Mereka disana sedang tertawa juga. Kakak sepupuku yang sedang kami 'tertawakan' disini, sedang bercerita tentang sesuatu disana. Lelaki itu berdiri persis di depannya, membelakangiku.

Ah, kuperhatikan...sekilas tak ada bedanya dia dari kakak sepupuku yang sedang asik bercerita. Tinggi tubuhnya seperti kebanyakan pria muda seumurnya. Rambutnya seperti sengaja dibiarkan agak memanjang dan beberapa butir keringat tampak menggantung di ujung-ujung rambutnya. Matahari memang cukup terik siang ini. Ingin aku meminjamkan topi eiger hitamku di kamar. Tapi tidak mungkin tiba-tiba aku menyodorkan topi kepada orang yang mungkin lupa padaku? Tapi kaos abu-abu yang ia kenakan separuh bagian punggungnya basah.
Ah, kenapa aku memusingkan lelaki itu? Ingin mengulurkan tisu? Hih. Mungkin saja dia sudah tidak mengingatku.

Sepuluh detik lamanya aku menatap punggungnya, ketika lelaki itu tiba-tiba menoleh ke belakang. Ia itu melihatku sedang memperhatikannya. Wajahku memerah. Tapi ia tidak tersenyum padaku.

*****
Jam lima sore.

Teng sudah berdiri. Rumah Oma dari belakang hingga halaman depan penuh dengan aroma kue dan masakan yang bercampur jadi satu. Kerumunan 'pekerja pesta' yang semula memadati halaman, sebagian mulai berpencar menuju dapur, sebagian lagi memilih untuk beristirahat di kursi-kursi plastik.

Aku sedang berada di bawah pohon, di samping rumah Oma. Mulutku sibuk mengunyah potongan kue tar susu buatan Oma, kue kesukaanku sejak kecil. 
Di sampingku duduk seorang lelaki yang tadi kutatap punggungnya. Ia menganggukkan kepalanya. Aku bercerita tentang ini dan itu. Ia sesekali tersenyum, senyum yang kutunggu sejak siang tadi. Matanya mengarah ke gelas kopi di tangannya. Sesekali ia menatap ke atas. Ke arah langit sore yang kemerah-merahan. 

Lelaki di sampingku menghirup kopinya dalam-dalam. Tak banyak bicara. Ia lebih banyak mendengarku bercerita. Ia bilang, senja disini sangat indah. Itu kalimat pertamanya sejak tadi. Aku mengiyakan. Bahkan senja di Bali, pulau yang selama 20 tahun ini kutinggali, tidak bisa menggantikan indahnya senja di kampung ini.  

Ketika kopinya hampir habis, lelaki itu meletakkan gelasnya di tanah. Kali ini giliran lelaki itu bercerita. Tentang keluarganya. Tentang sahabatnya. Dan tentang seorang wanita yang sudah lama ia kagumi. Wanita yang sangat menarik baginya. Tapi mereka sudah lama tidak bertemu dan berbicara. Ketika berkata seperti itu, wajahnya menatap ke atas, dia menghirup nafasnya dalam-dalam, lalu menoleh dan tersenyum padaku. Matanya ikut tersenyum. Seperti ada rindu yang menggantung disana. Pasti untuk wanita yang ia ceritakan barusan.

Benar kan, lelaki di sampingku ini sudah mempunyai gadis impian. Mereka mungkin sedang bertengkar, atau menjalin hubungan jarak jauh. Kedua kakiku kuayun di atas tanah. Mencoba relax menikmati senja kali ini. Mencoba tersenyum mendengar ceritanya. Lalu mengutuki impian bodoh yang beberapa menit lalu melintas. Menyesali diri sendiri yang sempat percaya pada kata-kata sepupuku tadi pagi.

Bersama lelaki ini di sampingku, senja itu tak lagi menjadi indah. Padahal sebelumnya, senja disini terlalu sempurna untuk disebut indah.

Kelompok pekerja mulai bubar satu persatu. Lelaki di sebelahku juga ikut pamit. Dia berkata besok ingin mengobrol lagi denganku. Tapi aku sudah tidak tertarik lagi dengan percakapan apapun. Saat ini aku hanya ingin berendam yang lama. Tapi kaki ini sangat enggan berjalan menuju kali. Dan hari sudah terlalu sore untukku pergi ke kali. Biarlah besok aku minta maaf kepada adik-adik tetangga yang pasti sedang bersiap-siap pulang, karena lama menungguku tidak datang-datang. Maafkan kakak ya.

Badan ini terasa sangat lelah. Kelelahan yang tidak kumengerti. Lebih baik aku mandi saja di kamar mandi Oma.


**

Pagi kedua.

Lelaki itu datang kembali. Ia, seorang lelaki yang selalu ingin kucari tahu kabarnya. Lelaki yang lebih tua sedikit dariku, anak sahabat pamanku. Lelaki yang sepuluh tahun terakhir tidak pernah kulihat lagi. Dan hari ini lelaki itu sengaja datang untuk membantu pamanku (lagi). Bekerja. Memotong. Menarik. Memasang. Membunuh babi. Menyiapkan 'teng'.


Pekerjaan semakin sibuk, orang lalu lalang, dekor pelaminan akan dipasang. Semua tampak sibuk. Pekerjaan ini harus selesai paling lambat nanti malam.
 

Aku memilih untuk membantu calon pengantin wanita saja, siap disuruh kemana saja. Supaya tidak diminta mengantar minuman dan menyiapkan makan siang. Sengaja menghindari kelompok pria yang masih sibuk bekerja. Menghindarinya. Terlalu takut kecewa. Terlalu lelah untuk memperhatikannya lagi. Aku menenggelamkan diriku sendiri dalam lautan patah hati yang tercipta atas dasar asumsiku sendiri.

**
Pagi ketiga.
Kami semua sedang berada di dalam gereja. Kakak sepupuku nampak begitu anggun dan cantik. Kecantikan khas wanita daerah kami, sekilas wajahnya sama cantiknya dengan Oma. Tak sadar mataku basah melihat proses pemberkatan pagi itu. Kemarin seharian, kakak sepupuku bercerita banyak tentang perjalanan hubungan mereka. Tidak mudah, butuh bertahun-tahun pergumulan dan penyerahan total pada Tuhan. Pagi itu, aku terkagum-kagum dengan kisah cinta yang Tuhan tulis untuk mereka.

Dalam hati ku berdoa dan minta ampun pada Tuhan karena selama ini memaksakan kehendakku sendiri. Pagi itu, aku menyerahkan kembali hidupku untuk dipimpin oleh Tuhan. Bahwa pasangan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan sajalah yang biar jadi atasku. Aku berdoa agar hatiku dimurnikan dalam masa penantian ini. Aku ingin melayani Tuhan dengan masa lajangku.

(to be continued)


Rabu, 02 Oktober 2013

hidup bagi Kristus

Tuhan... Kau pernah ada di tengah manusia, berjalan diantara manusia berdosa,
menyembuhkan yang luka, mengangkat yang jatuh,
melepaskan yang terikat dalam dosa.

Tuhan... t'lah kurasakan indahnya kasihMu,
tak mungkin hanya kusimpan berdiam diri,
bawalah aku berjalan di tengah duniaMu,
buatlah aku hidup hanya untukMu.

Hidup bagi Kristus hanya mungkin karna kasihNya
Hidup bagi Kristus hanya mungkin karna anugerah,
mengasihi yang Dia kasihi, melakukan yang Dia kerjakan, ku mau hidup bagi Kristus

***

cipt.Astri Sinaga (Buku Lagu Perkantas no.413)

Senin, 30 September 2013

Sola gratia


tata ibadah teruna

Postingan ini adalah lanjutan dari tulisan bulan lalu... Kali ini saya sengaja membagikan tata ibadah saat itu yang kami buat... Siapa tahu ada yang sedang mencari ide menyusun ibadah untuk remaja, khususnya bagi rekan-rekan layan teruna di daerah lain yang mungkin sedang/akan menyusun kegiatan yang sama.

Semoga berguna...


ibadah padang teruna, hari Minggu, 4 Agustus 2013


lokasi: di tepi danau Buyan
peserta: 230 orang
durasi Ibadah: 120 menit
durasi kelompok kecil: 90 menit
penatalayan: teruna lintas sektor

PERSIAPAN

- Operator slide standby, Liturgos bersiap di dekat tim musik
- PIC ibadah sudah berkoordinasi dengan pelayan Firman, pendoa syafaat, dan kolektan
- Song leader mengajak jemaat berlatih beberapa buah lagu

ada tanya

ada tanya dalam gelisah di hati,
untuk apa aku ada bumi ini

bak uap sekejap bunga rumput pagi
yang akan layu di sore hari

malam kelam padang gersang dan tandusnya
cerita tragis kehidupan manusia

dan satu per satu mereka yang dicinta,
berpulang tak kembali lagi

Tuhan hantarlah langkahku sebelum usai hariku
Tuk memahami rencana-Mu di dalam taman hidupku
Tuhan celikkan batinku untuk mengerti hati-Mu
Agar kutunaikan semua yang Bapa ingini

(Pdt.Erastus Sabdono)

Minggu, 29 September 2013

101112 (part two)

Pada hari H, 101112...acara baru mulai jam 19.30, molor setengah jam dari yang tertera di undangan...hmm kami menunggu sampai keluarga dan undangan dateng semua, karena undangan cuma 50 orang, kalau belum pada dateng ya mau mulai acara gimana..masih sepi banget..hehe..

Dan sebagai anak tertua, mau ndak mau saya yang menyapa para undangan..ceritanya jadi MC mendadak (harusnya sama Oom JR juga, tapi ternyata saya dikerjain..). Dengan terbata-bata, saya mencoba untuk memberikan sambutan sederhana. Itu pertama kalinya saya berbicara di depan keluarga besar dan kerabat dekat, mewakili Papa dan Mama. deg..deg..


rentang masa depan

kulewati masa lalu yang membiru dan membatu
kulupakan kehidupan yang berlalu
tak lagi mampu menghalangi langkahku

 
kupandang dengan tawa riang
dan
aku berjalan penuh kepastian
kan kumasuki, ingin kutapaki
indah masa depan yang luas membentang


hari ini sampai nanti
kulewati dengan pasti
waktu-waktu bersamaMu yang kutunggu

tak ragu aku mengharapkan diriMu

(Rentang Masa Depan -
One Way Band)



Yesus berikan hidupNya

Darah-Mu tercurah, tebus dosaku
Kasih-Mu memulihkan, bebaskan dan slamatkanku,

mengubahkan hidupku

Tubuh-Mu diserahkan, terpecah bagiku
Bilur-Mu menyembuhkan, menyucikan
B'riku pengharapan jadikanku baru

Yesus berikan hidup-Nya bagi diriku, bagi kes'lamatanku
Bahkan taat sampai mati agarku hidup dalam kekekalan-Nya

Kau mengasihi, Kau memulihkan
Bapa, aku bersyukur


Utuslah aku, pakailah hidupku

Menjadi kasihMu, bagi dunia ini


Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa.

(Surat Paulus kepada jemaat di Filipi, Filipi 2:5-11)

lebih indah dari Salomo

Siapakah di antara kamu yang karna rasa kuatirnya
dapat menambahkan satu hasta saja kepada jalan hidupnya

Ya...siapakah diantara kamu yang karna rasa kuatirnya
dapat menambahkan satu hasta saja kepada jalan hidupnya


Dan jika engkau tiada daya membuat hal paling kecil, mengapakah engkau kuatir
Mengapa kuatir perkara yang besar....mengapa kuatir perkara yang besar


Lihatlah burung gagak kecil, tiada menabur, tiada menuai
tidak juga mengumpulkan bekal di dalam lumbung untuk hari esok
tetapi dia tak kurang suatu apa, diberi makan Bapa mu yang di sorga
tetapi dia tak kurang suatu apapun, diberi makan Bapa mu yang Akbar


Pandanglah bunga bakung di lembah, tiada bertenun tiada memintal
bunga bakung yang putih dan bersih, tiada bertenun tiada memintal
tetapi dia ternyata lebih indah dari Salomo dalam kemegahannya

tetapi dia ternyata lebih indah pun dari Salomo Raja yang besar


Dan jika Tuhan Allah, mendandani rumput di ladang
dan memb’ri makan makhluk yang kecil, memberi makan ciptaanNya yang kecil

tidak kah Dia kan terlebih lagi memberi padamu s’gala yang perlu
memberi kebutuhanmu, wahai orang yang kurang percaya

Jangan kuatir, janganlah ragu karena Tuhan mu sayang padamu

Ya... karena Tuhan mu kasih kepadamu

(Jangan Kuatir - Drs. Bonar Gultom)






Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.


(Injil Matius 6 : 30-33)

Rabu, 25 September 2013

101112 (part one)

Saya baru sadar ternyata usia blog ini sudah tiga tahun. Tidak banyak yang saya tulis dalam rentang tiga tahun ini. Tidak seperti blog-blog lain yang berisi topik-topik menarik, isi blog saya hampir seluruhnya cuma berisi curhatan menye-menye dan refleksi pribadi. Aih, malu saia. Saya baru sadar juga, sepanjang 2012 ternyata saya tidak menulis apapun. Tidak ada postingan di tahun 2012. Ah ya....tahun lalu saya sempat lupa password blog ini. Plus rasa malas yang terus dipiara selama tahun itu.

Baiklah, waktu memang tidak bisa ditarik mundur. Tapi nggak ada salahnya sebagai pengisi kekosongan cerita di tahun lalu, gimana kalau saya tulis salah satu cerita yang terjadi di tahun lalu? Saya mau cerita bagaimana saya dan adik saya bekerja sama membuat acara untuk kedua orangtua kami.

Tahun lalu, tepatnya November 2012, adalah tahun ke-25 pernikahan kedua orangtua saya. Dalam rangka itu, orang tua saya ingin ngadain syukuran kecil-kecilan dengan keluarga dan teman-teman dekat mereka. Jadi, kurang lebih dua minggu lamanya, saya dan adik saya sibuk nyiapin acara. Sempat mumet mikirin konsep acaranya mau kayak apa. Lumayan bingung gimana cara gabungin ibadah dan acara ulang tahun pernikahan supaya tetap sederhana tapi tidak kaku, dan harus bisa meninggalkan kesan khusus bagi kedua orangtua kami.

Setelah dua hari bertapa berpikir bersama-sama, akhirnya tersusunlah konsep dan susunan acaranya. Lalu kami melewati hari-hari seperti biasa yang diselipkan dengan kesibukan: membuat undangan kemudian keliling nganter satu per satu, booking restoran, membeli perlengkapan dekor, ngumpulin foto-foto jadul lalu di-scan satu persatu (special thanks utk Bella yang udah ngebantuin), ke rumah pak pendeta, bikin video slide foto-foto (sederhana dengan movie maker), trus latian nyanyi sembunyi-sembunyi berdua (ceritanya saya dan adik mau kasi suprise gituu), mesen taart, dan gladi acara H-1 (kok ada gladi segala ya?). Dan....setelah dua minggu berlalu, akhirnya hari yang ditunggu pun tiba.

Awalnya, kami memilih tanggal sesuai dengan tanggal pernikahan sebenarnya. Namun karena ada dua dan tiga hal, acara harus diundur beberapa hari kemudian dan akhirnya dipilihlah hari Sabtu. Kami baru sadar setelah undangan jadi, eh kok hari Sabtu itu pas tanggal cantik ternyata...10-11-12.
penampakan kartu undangannya


*detail acaranya akan saya tulis di postingan berikutnya...


Selasa, 24 September 2013

menjadi penolong

baca Kejadian 24:1-21
Kisah Ribka dipinang bagi Ishak

Berpacaran yang gagal akan berpotensi menjadikan rumah tangga gagal.

Itu sebabnya, prinsip firman Tuhan tentang berpacaran:

1. pacaran adalah masa persiapan menuju Pernikahan
2. telah cukup dalam tanggung jawab dan kedewasaan
3. memilih dalam prinsip
4. seiman
5. memakai prinsip akal sehat
...Nantikanlah Tuhan, kuatkan hatimu
Percayalah padaNya, teguhkanlah hatimu
Nantikanlah Tuhan, akuilah Dia
Dalam s'gnap jalanmu rasakan kasihNya...
nantikanlah Allah, tunggu firman Tuhan bilang apa.

betulkah itu yang Tuhan kehendaki.

Alkitab sangat memperhatikan 'pernikahan':

Alkitab dibuka dengan kitab Kejadian --> perkawinan Adam dan Hawa.
Alkitab ditutup dengan kitab Wahyu --> perkawinan Kristus dengan gereja.

Tuhan menganggap manusia itu penting dan mulia, oleh sebab itu IA nggak nyuruh malaikat, nggak hanya sekadar berfirman...sendiri yang turun tangan dalam mencipta manusia. bahkan Allah sendiri yang turun ke dunia buat nyelamatin manusia!!


prinsip anak-anak muda Kristen harusnya begini,
"aku dan pasanganku harus seiman, kami harus sama-sama berTuhankan Kristus."
Karena iman adalah dasar keputusan tertinggi dalam hidup, yang akan mempengaruhi keputusan-keputusan (kecil maupun besar, remeh maupun penting) dalam hidup ke depan.

Dunia boleh aja bilang, love is blind. (makanya banyak orang yang jatuh, karena dia 'buta', gelap, nggak liat apa-apa, bahkan hidup dalam kegelapan/dosa)

Tapi cinta bagi orang percaya adalah hidup, dan harus masuk dengan akal sehat. harus masuk akal.

Wanita, engkau adalah penolong bagi suamimu kelak. Jika engkau seorang gadis muda, wanita single, isi masa lajangmu saat ini dengan  hal-hal yang bisa memperlengkapimu untuk menjadi seorang penolong.

Latih dirimu supaya punya karakter seorang wanita yang saleh (Amsal 31, Titus 2).

Jadilah seorang wanita yang rela menolong, pekerja keras, dan menyatakan kasih.


***


akan ku tunggu

kuperhatikan kau dari jauh.
kau jalani hidup tanpa jenuh.
mencari bahagia tanpa keluh.

...saat itu juga kau curi perhatianku.

kuperhatikan kau dari jauh.
kau jalani hidup tanpa jenuh.
semangatmu buat aku luluh

kuperhatikan kau dari jauh
.
rasa cinta ini terus bertumbuh.


Gerard nomor delapan

Satu jam yang lalu, saya melihat seorang bocah laki-laki berbaju bola warna merah dengan nomor punggung 8 Gerard, datang membeli jajan di warung sebelah. Lebih dari setengah jam rasanya anak itu duduk di teras warung. Mengobrol dengan pemilik warung, Pak Gosa.

Selama bertahun-tahun kami bertetangga, saya jarang sekali melihat Pak Gosa duduk sendiri di bangku itu. Hampir setiap hari, Bu Puspa, istrinya, selalu ada di sampingnya. Duduk berdua di bangku panjang yang sama. Melayani pembeli. Mengobrol hingga malam mereka menutup warung. Hingga tiga bulan lalu, Bu Puspa mendahului suaminya. Berpulang kepada Sang Pencipta.

Biasanya tiap siang seperti ini, ada saja orang yang datang berbelanja. Tumben, siang ini agak sepi. Hanya ada satu tamu di warung itu. Ya anak kecil berbaju merah tadi masih disana. Dia masih asik bercerita. Tangannya sesekali digerakkan membentuk sebuah benda. Sesekali ia menunjuk-nunjuk ke atas, mengangguk-angguk menirukan sesuatu. Semangat sekali. Lalu ia tergelak sendiri. Mungkin merasa lucu dengan ceritanya sendiri. Pak Gosa hanya manggut-manggut mendengar ceritanya. Entah mengerti atau tidak. :p Yang jelas, Pak Gosa belum menggeser tempat duduknya sedari tadi. Entah siapa yang menemani siapa sore ini. :)

Kenapa saya tertarik memperhatikan tingkah anak kecil itu?

Mungkin karena ketika anak itu baru datang dan memarkir sepeda birunya, saya seketika teringat pada Jeje. Anak kedua dari salah satu Oom kesayangan saya. Sejak Ibunya meninggal, Ayah mereka 'menitipkan' Jeje dan kakaknya untuk diasuh oleh Paktua dan Maktua angkat mereka, Papa dan Mama saya. Maka ketika saya duduk di bangku SMA, saya mempunyai tambahan dua orang adik lagi. Jeje dan Etta.

Gerard (sebut saja nama anak laki-laki di warung tadi Gerard, sesuai dengan baju bola yang dia pakai :p) sekilas sangat mirip dengan Jeje. Potongan rambutnya, badan gempalnya, tinggi badannya, cara tertawanya, sampai deretan atas gigi ompongnya (yang lebih tepat disebut deretan gusi).....semuanya sangat mirip. Sangat mirip dengan Jeje delapan tahun yang lalu.

Ya, delapan tahun yang lalu.

Karena cuma itu memori yang saya ingat tentang Jeje (dan kakaknya), sebelum mereka pindah keluar dari pulau ini.

Dan selama itu, saya belum pernah bertemu dengan mereka lagi.
*****
Jeje...apa kabarmu, dek? Masih ingat sama kak Lia nggak?

Mungkin Jeje lupa, ngga apa-apa. Jeje waktu itu masih kecil banget, wajar kalau ngga ingat sama kak Lia. Tapi pasti Jeje ngga mungkin lupa sama Papa Mama, kan? Alm.Papa Yohanis dan Mama Indah. Juga Paktua dan Maktua Jeje, yang tanpa ada yang ngajarin tiba-tiba Jeje panggil Papa Mama juga.

Satu tahun belakangan ini, hampir tiap minggu kak Lia ketemu sama teman-teman Jeje dan kak Etta di gereja. Teman-teman sekolah minggu kalian dulu sekarang udah masuk Persekutuan Teruna, lho... Kak Lia sering banget mengkhayal kalau kalian masih ada disini, pasti kalian ikut IHMPT juga bareng Ando, Lui, dan teman-teman sebaya kalian lainnya disini. Trus kak Oline pasti akan ngajak kalian ikut persekutuan siswa, KTB, kamp siswa. Iya kakak tau khayalan barusan nggak mungkin terjadi dalam waktu dekat ini. :(

Selamat ulang tahun ya, adikku sayang. Kak Lia nggak akan pernah lupa tanggal ulang tahun Jeje, karena ulang tahun kita berdua kan cuma beda empat hari. Jeje pasti inget juga kan? Tapi kalau lupa ngga apa-apa, waktu itu Jeje memang masih kecil banget.

Hmm...kak Lia nggak tau Etta dan Jeje akan baca tulisan ini apa nggak. Tapi kalau kalian mungkin baca ini, kak Lia boleh ya pesan sesuatu buat kalian. Inget nggak dulu Papa sama Mama sering bilang sama kita berempat, kalau yang namanya saudara itu wajar kalau bertengkar. Tapi kalau bertengkar nggak boleh lama-lama. Harus ada salah satu yang ngalah dan ngajak baikan. Jangan sampe diem-dieman berhari-hari. Kalian sering bertengkar nggak disana? Inget pesan Papa sama Mama ya...bertengkarnya jangan lama-lama :)

Terus ketika kalian mungkin lagi sedih, lagi seneng, lagi kesel sama temen di sekolah, lagi kesel sama orang rumah, habis bertengkar berdua, atau lagi kangen sama Papa Mama, atau apapun yang Etta sama Jeje lagi rasain, bawa itu semua dalam doa ya. Ceritain semua yang kalian rasain sama Tuhan Yesus. Selalu jadikan Tuhan Yesus Sahabat kalian ya.

Jaga diri baik-baik disana, ya sayang...

Kalau Tuhan berkenan, suatu saat pasti kita bisa ngumpul lagi kayak dulu.

oya...taman kita ini sekarang udah nggak ada, sayang. :'(

Rabu, 18 September 2013

September ke-25





untuk kasihMu,
untuk nafas hidup,
untuk satu lagi hari baru,
untuk kesempatan berjalan mengiringMu,
untuk mereka yang mengasihiku,

untuk rencanaMu dalam hidupku,

dan untuk September ke-25 ini,

terimakasih.








Sabtu, 17 Agustus 2013

Setia tekuni panggilanMu



Betapa sering kita bungkam keadilan

Banyak kebenaran yang kita putarbalikkan
Tanpa disadari kitalah musuh kebenaran

(Ampunilah kami, Bapa)

Berapa banyak jiwa t'lah kita hiburkan
Dimana kita kala banyak penindasan
Hamba kegelapan, para penyembah kenyamanan
(Ampunilah kami, Bapa)

Dengan mulut kita mengaku, dengan tangan kita menyangkal bahwa Yesuslah, Kristus Tuhan

Bapa, ini tekad kami berlaku adil, setia, rendah hati
Berjuang tegakkan k'rajaanMu, beritakan injil Kristus
Bapa, teguhkan kami 'tuk sangkali diri hidup mengabdi,
Taat pada pimpinan Roh-Mu, setia tekuni panggilanMu

Selasa, 06 Agustus 2013

Jingga

Ada yang merasa familiar dengan tokoh ini?

karya Sweta Kartika
Yup. She is Jingga. Salah satu karakter utama dalam serial komik Grey&Jingga, karya Sweta Kartika. Yang belum tahu dan pengen tahu ceritanya seperti apa, bisa mampir ke album Facebook kreatornya langsung disini.

Awalnya, adik saya yang lebih dulu mengikuti komik ini. Saya baru dua bulan belakangan ini membacanya. Komik yang diposting per-page-nya saban Senin dan Kamis ini, memiliki cerita seputar kehidupan anak muda (mahasiswa), yang nggak jauh-jauh dari persahabatan, pergaulan, kehidupan kampus, dan........percintaan. Cerita yang disajikan sederhana namun jujur saja, saya tidak mudah menebak alur ceritanya.
Belakangan, cerita yang saya kira sudah hampir selesai ternyata masih berlanjut dengan cerita Jingga jadian dengan Martin (namanya: Edward Martinus Siahaan. woo.).

Ditambah dengan adanya bonus 'quote' di setiap kisah, dan komentar-komentar para pembacanya (yang seru dan lucu-lucu), semakin membuat para pembaca tidak sabaran menanti hari Senin dan Kamis datang.  Tidak cuma jago gambar dan penutur cerita yang baik,
sang komikus juga membuat OST komiknya dengan petikan gitar yang dia mainkan, ciptakan, dan nyanyikan sendiri.


Hari ini hari Rabu kemarin Selasa dan besok Kamis, trus libur Lebaran deh horay, bukan jadwal rutin komik Grey&Jingga di-posting. Tapi pagi tadi, sang komikus mengunggah beberapa gambar karakter yang menjadi tokoh dalam komiknya. Lengkap dengan biodata singkat mereka. Ada Dharma, Zahra, Martin, Nina, dan yang pasti ada Grey dan Jingga. Sayangnya, karakter kesukaan saya, Zaki, tidak masuk dalam daftar karakter pilihan penulis yang biodatanya perlu dipublikasikan. Hiks.

Nah, jadi apa maksud postingan saya kali ini?

Nggak ada maksud apa-apa.

Saya cuma sedikit kaget :p ternyata si Jingga itu anak Sastra. Sama kayak saya. woo.. Tanggal lahirnya juga cuma beda sehari dengan saya. double woo..

Selama sebulan ini saya cuma jadi silence reader aja. Seringnya hanya kasi jempol kalau saya suka, dan kadang ada satu dua gambar yang saya share di akun facebook saya, biasanya karena quote-nya bagus. Selebihnya, saya nggak pernah ninggalin jejak di kolom komen mas Sweta. Tapi pagi tadi, demi ngeliat bio Jingga yang ada kemiripan dengan saya, saya tidak tahan untuk nggak ninggalin jejak. Jadi, saya kasi komen donk disana. Dan inilah balesan komen dari sang komikus.
Sweta Kartika: jangan2....kalian sama2 galau-ers :|

Entah kenapa kata-katanya membekas beberapa menit cukup lama. #tsaah
Sampai-sampai saya memutuskan untuk menulis posting-an ini...tentunya dengan benak yang penuh dengan pertanyaan,

 Eh? apa iya ya...
jangan-jangan sifat saya ada yang sama kayak Jingga?

jangan-jangan selorohan pencipta Jingga itu bener,
kalau saya juga seorang galau-er
?

Aduh. 
Saya memang sering banget galau akhir-akhir ini.
Tapi semoga sifat saya tidak persis sama seperti Jingga, 

yang menerima Martin hanya karena sudah tidak sabar menanti Grey.

Sss..ssaya.....mau belajar sabar dalam penantian....

>_<

sekian.
saya mau merenung dulu.

TerMarDen 2013

sepenggal percakapan di akhir sharing kelompok kecil...
 
kamel:
jadii...
kelompok sharing kita mau dikasi nama apa nih?
fanie: dream group aja...
ferika: woo...dream? mimpi gitu, fan??
regine: dream of Buyan, kak...hehe
kamel: hmm...kalau yang lain gimana?
lani: *senyum-senyum*
camelia: ya ya apa ajalah kak. makan aja yuk...laper nih.

semua: *gubraaaakk*
:)
sebait kerinduanku:

di masa remajanya, teruna bisa mengenal Siapa Pencipta mereka,

mengenal Juruselamat mereka...





 ...menyerahkan hidup mereka untuk dipimpin oleh-Nya,

melayani Tuhan dan Raja mereka...







dan kami, para Kayana, bisa menjadi kakak pembimbing
sekaligus teman yang dipercaya oleh teruna


yang tidak hanya menyediakan telinga saja...
mulut saja...

tapi juga diri ini...

...dan memastikan bahwa kami benar-benar hadir untuk mereka,

serta berjalan bersama-sama mengikuti DIA.



khayalan seorang anak sulung perempuan

di saat yang lain pada pengen punya pacar...

di "saat-saat kayak gini" saya malah pengen punya kakak cowo...

maka bersyukurlah wahai kalian yang punya kakak cowo...
banyak yang ingin berada di posisi seperti kalian...
terutama para anak sulung perempuan,  para fakir brother...







seperti saya.

gambar diambil dari sini

****
Saya sangat bersyukur dilahirkan sebagai anak pertama dan punya adik perempuan, yang usianya nggak terlalu jauh dan bisa berbagi apapun bersama. Tapi entah kenapa, beberapa hari ini saya suka mellow kalau liat temen-temen yang punya kakak cowo. Saya jadi ngebayangin, kalau saya punya kakak kandung cowo. Kira-kira apa ya masukan yang bakal dia kasi waktu saya curhat ini dan itu. Saya bener-bener curious dengan masukan dari sudut pandang cowo.

Senin, 05 Agustus 2013

Ipang Teruna 2013

Jam weker kuning winnie the pooh saya sudah krang kring krung sejak jam 4 pagi. Nyaring dan berisiiiik. Tapi itu tidak langsung membuat badan ini turun dari tempat tidur. Lima belas menit kemudian, tiba-tiba saya terbangun kaget mendengar alarm kedua, yang berasal dari alarm henpon. Ternyata saya ketiduran lagi. hoooo... tapi kali ini, refleks saya langsung bangun, kucek-kucek mata dan ngecek handphone. Ada satu pesan, dan dua panggilan tak terjawab dari dua kakak sica, kak Gab en kak May, yang ngingetin lagi supaya saya tidak lupa membawa perlengkapan acara pagi ini.

Dengan mata masih kriyep-kriyep, saya berjalan ke kamar mandi buat cuci muka. Lantas balik ke kamar untuk saat teduh express ._. Meencoba membaca dan merenungkan injil Yohanes 4:1-25 selama beberapa menit, bersyukur untuk hari yang baru dan berdoa untuk kelangsungan kegiatan sepanjang hari ini.

Saya harus segera mandi.......sudah jam 4.30.......berjuang melawan udara (dan air) yang dingiiin......whoaheemmm (lho kok ngantuk lagi .__.)

Rabu, 31 Juli 2013

salah paham salah siapa

Bas: Hai, Mi :D tumben chat FBnya on
Mia: Hai jugaaa.. iya nih lagi ol pake laptop hehe
Bas: dmn?
Mia: Di rumah...km?
Bas: enaknyaaa....aku masih di skolahan nih
Mia: ada ekskul ya? smangat ya :D
Bas: yup. udah lemes nih hehe
Mia: eh aku mampir liat2 timeline mu :p
Bas: gak ada yg penting buat diliat :o
Mia: hihi iya nih km jarang update foto atau status
Bas: males, gak ada ide
Mia: halah...update status aja perlu mikir dulu yak :p
Bas: ya donk...biar jadi berkat kata-katanya buat yg baca, kalau gak ada yg penting mending mingkem aja...hahaha
Mia: wah...bener juga katamu, Bas.... aku tahu itu tapi kadang masih suka pake status buat update hal2 yg gak penting :(
Bas: hahaha...santai aja, Mi...tiap orang beda-beda...mungkin aku aja yg emang gak terlalu pinter merangkai kata2 buat dijadiin status FB
Mia: hmmm....tapi kata2mu tadi buat aku mikir lho bas :)
Bas: tapi aku selalu ngikutin update'an km lho...aku kadang suka nungguin status2mu :p
Mia: wedew? jadi malu saia...hahaha
Bas: walau gak jarang status2mu nadanya galau...hahahahaha
Mia: bweeek....ngece nih... eh tapi kadang aku cuma iseng aja lho xixixi
Bas: aku tau :D
Mia: kok km bs tau?
Bas: krn km kan gak punya pacar, mau galauin siapa juga? bener gak? :p
Mia: Bastiaaaaaaaan......! terus aja ngece akuu....
Bas: ya? ada apa, non? hahahahaha
Mia: km ini lho gaya bgt.....kayak km punya aja...
Bas: lho aku kan beda...
Mia: bedanya dmn? sama aja....sama2 jomblo juga...bweeek
Bas: tapi aku jarang bikin2 status galau.....hahahaha
Mia: hahahaha iya sih :p
Bas: berarti?
Mia: berarti apa?
Bas: hari ini status galaunya apa, non? ada yg nungguin update'an nih...
Mia: errrrr.....terus aja ya, Bas.....
Bas: hahahaha.... eh aku off dulu ya :D
Mia: okee
Bas: bye, Mia :)
Mia: :)

**

Life lesson on July:
Jangan terlalu memamerkan kedekatan dengan lawan jenis yang bukan pasanganmu di ruang publik, jejaring sosial, di tempat umum. Siapa yang tahu, ada seseorang yang selama ini memperhatikanmu secara khusus, menjadi salah paham dan memilih mundur kerena melihat kedekatanmu dengan orang lain, yang padahal bukan siapa-siapamu...

Kencan Khayalan

Kencan Khayalan
(OST.Grey and Jingga, by Sweta Kartika)

Kuyakin di dalam hatiku dia tak pernah nyata
Kutahu apa yang mengusikku
Cinta takkan terjalin

Lamunanku hadirkan senyumnya
Takjubku dalam buai kasih

Sayap kecilnya bawaku jauh terbang ke ujung dunia khayalku

Andaikan semua tak hanya terjadi dalam bahasa imajiku
Adakah dia disana 'kan nyata untukku?
Siapakah gerangan dirinya?


 


suka-suka(ku)mu

Saya lagi bingung. Saya bingung tiap kali saya ikut seminar atau ibadah tertentu dan pemimpin pujiannya mengajak jemaat bernyanyi lagu "suka-sukaMu, Tuhan". Waktu pertama kali denger lagu ini, saya langsung bertanya ke teman saya, "eh, reffnya kok begini ya?"
Suka-sukaMu Tuhan, Suka-sukaMu Tuhan
Suka-sukaMu Tuhan, Suka-sukaMu Tuhan
Pulang dari pertemuan tersebut, saya langsung nanya ke beberapa teman, apa mereka tahu lagu ini. Sebagian dari mereka bilang tahu, sebagian lagi bilang belum pernah dengar. Hmm...ya sudah. Tapi bagaimana ya. Saya nggak tau kenapa, tapi saya sangat tidak nyaman menyanyikan bagian reff lagu tersebut. Pikiran saya seperti ini... Seakrab-akrabnya dan sedekat-dekatnya saya sama orangtua, saya ngga pernah berani buat ngomong "suka-sukamu, Pa!" walaupun cuma pas ngobrol santai, apalagi kalau serius. Saya nggak berani bukan karena papa saya galak (dikit sih...), tapi lebih karena saya respek sama papa dan ngga sanggup ngomong seperti itu sama beliau. Lalu, bukankah lagu ini kalau kita nyanyi itu ditujukannya buat Tuhan. Tuhan yang nyiptain ayah kita. Masa sih sama Tuhan kita berani bilang, "suka-sukaMU Tuhan"? (maaf...) tidak adakah kata yang lebih tepat untuk mengatakan bahwa, kita memang menyerahkan seluruh hidup kita hanya untuk Tuhan, pakailah sesuai kehendakMu Tuhan. Itu kan arti lirik tersebut?
Sungguhlah hidupku t'lah ditebus oleh darahMu yang Kudus,
sekarang hidup ku bukan milikku lagi

apapun yang Tuhan mau lakukan
, apapun yang Tuhan mau inginkan,
asalkan Tuhan ku senang
, semua kurelakan,
Nama-Nya dimuliakan...
Mungkin pikiran saya saja yang salah...tapi sampai sekarang saya masih belum bisa menyanyikan lagu ini sampai selesai. Seperti beberapa waktu yang lalu, ketika saya mengikuti sebuah seminar dan lagu ini dinyanyikan. Saya menyanyi, tapi ketika masuk bagian refrain, saya cuma bisa diam...tengok kiri kanan...lihat orang-orang semangat sekali. Namun sampai keempat kalinya lagu ini diulang, tiap masuk bagian reff, saya selalu diam (memang kadang saya ini suka ngeyel...). Lucunya, entah mungkin ngerasa saya diam, ibu-ibu di belakang tiba-tiba mencolek bahu saya lantas menegur, "kok diam aja mbak?" Saya kaget disapa tiba-tiba...dan cuma bisa nyengir senyum.

"ya..suka-suka tante ajalah ya.... suka-sukaku jugalah ngga ikut nyanyi :)"

Aduh tapi saya mana berani bicara begitu, jadi saya cuma berani ngomong dalam hati.

***
Mohon maaf sebelumnya untuk pencipta lagu tersebut, atau denominasi apapun yang sering menyanyikan lagu ini. Maaf kalau terkesan nyinyir. :( Tulisan ini tidak bermaksud menghakimi pihak manapun. Tulisan ini hanya sebuah bentuk kebingungan seorang jemaat awam akan makna dari lirik sebuah lagu rohani yang dinyanyikan dalam ibadah.