Kamis, 06 Juni 2013

catatan seorang PKK (1)

Sebut saja nama mereka Tia, Flo, Ana dan Manda. Empat orang yang dipercayakan padaku untuk kupimpin dalam kelompok kecil. Pertemuan kami berawal dari persekutuan perdana PMK awal tahun ajaran. Pada saat itu mereka memberikan komitmen untuk mau dimuridkan. Tidak mudah memulai sebuah kelompok baru, terutama berkaitan dengan masalah teknis: penyesuaian waktu pertemuan. Untuk menentukan pertemuan selanjutnya, aku sempat kebingungan. Karena tempat tinggal kami cukup berjauhan. Namun, waktu berjalan, dan masalah waktu juga tempat bisa kami selesaikan.

Memasuki pelajaran-pelajaran awal, aku bisa melihat bagaimana mereka sungguh haus akan kebenaran. Tak jarang, aku mendapatkan pertanyaan-pertanyaan sederhana namun cukup dalam dari mereka. Bab demi bab, kami lalui sesuai target rencana. Hingga akan memasuki pertengahan buku Pembinaan Dasar, aku mengusulkan untuk mengevaluasi KTB kami selama ini. Saat itu kurang lebih sudah memasuki bulan keenam aku memuridkan mereka. Banyak sekali masukan yang aku terima dari mereka dan itu membuat aku mengevaluasi diriku sebagai seorang pemimpin kelompok.

Aku mendorong mereka untuk mulai melakukan disiplin rohani. Awalnya, sangat sulit untuk mengajak mereka membiasakan diri membaca Alkitab, berdoa dan bersaat teduh setiap hari. Kulihat di mata beberapa dari antara mereka nampak begitu lelah dan terbeban dengan proyek ketaatan tersebut. Sehingga di pertemuan berikutnya, hampir bergantian sharing yang terdengar adalah: sate yang bolong-bolong, ketiduran waktu baca Alkitab, bahkan lupa berdoa. Sejujurnya, aku tersenyum dalam hati ketika mendengar cerita polos mereka. Namun, aku tetap memberi mereka semangat untuk tetap melatih diri melakukan disiplin rohani. Tak lupa, aku juga membagikan apa yang kudapat melalui saat teduhku dan juga jawaban-jawaban doaku. Sambil dalam hati aku berdoa, supaya mereka juga memiliki kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan setiap hari.

Setahun berlalu. Kegiatan KTB kami tidak sebatas hanya PA di kos Tia. Terkadang kami berkumpul, tetapi hanya masak-masak dan makan bareng. Tanpa PA, tanpa bahas bahan. Sederhana memang, namun aku berharap justru melalui itu kebersamaan bisa terbangun. Bulan berikutnya, kami pergi bersama ke pantai. Main air, main pasir, menunggu matahari terbenam bersama-sama, dan ngga lupa….foto-foto. Lalu pada saat gathering KTB dengan kelompok-kelompok kecil lainnya, mereka dengan bersemangat mempersiapkan segala sesuatunya. Saat itu masing-masing kelompok diminta unjuk talenta dan membawa makanan. Kenangan di tahun pertama KTB ini, sungguh terasa manis.

Hingga memasuki pertengahan tahun kedua, muncul permasalahan yang ternyata memicu timbulnya konflik intern diantara mereka. Ngga perlu kubahas disini ya siapa yang bermasalah dan apa masalahnya. Namun, itu ternyata menjadi awal keretakan kelompok ini. Peranku sebagai mediator juga tidak terlalu berpengaruh. Ternyata apa yang selama ini aku nilai tentang kelompok ini, berbeda jauh dari kenyataan yang baru kulihat.
dari seorang kakak, yang masih terus mencoba mencari, 
menanti dan mendoakan kalian berempat.
 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar