Sebut saja nama mereka Tia, Flo, Ana dan Manda. Empat orang yang dipercayakan padaku untuk kupimpin
dalam kelompok kecil. Pertemuan kami berawal dari persekutuan perdana PMK awal tahun ajaran. Pada
saat itu mereka memberikan komitmen untuk mau dimuridkan. Tidak mudah memulai
sebuah kelompok baru, terutama berkaitan dengan masalah teknis: penyesuaian
waktu pertemuan. Untuk menentukan pertemuan selanjutnya, aku sempat
kebingungan. Karena tempat tinggal kami cukup berjauhan. Namun, waktu
berjalan, dan masalah waktu juga tempat bisa kami selesaikan.
Memasuki
pelajaran-pelajaran awal, aku bisa melihat bagaimana mereka sungguh haus akan
kebenaran. Tak jarang, aku mendapatkan pertanyaan-pertanyaan sederhana namun
cukup dalam dari mereka. Bab demi bab, kami lalui sesuai target rencana. Hingga
akan memasuki pertengahan buku Pembinaan Dasar, aku mengusulkan untuk
mengevaluasi KTB kami selama ini. Saat itu kurang lebih sudah memasuki bulan
keenam aku memuridkan mereka. Banyak sekali masukan yang aku terima dari mereka
dan itu membuat aku mengevaluasi diriku sebagai seorang pemimpin kelompok.
Aku mendorong mereka
untuk mulai melakukan disiplin rohani. Awalnya, sangat sulit untuk mengajak
mereka membiasakan diri membaca Alkitab, berdoa dan bersaat teduh setiap hari.
Kulihat di mata beberapa dari antara mereka nampak begitu lelah dan terbeban dengan
proyek ketaatan tersebut. Sehingga di pertemuan berikutnya, hampir bergantian
sharing yang terdengar adalah: sate yang bolong-bolong, ketiduran waktu baca Alkitab, bahkan lupa berdoa. Sejujurnya, aku tersenyum dalam hati ketika
mendengar cerita polos mereka. Namun, aku tetap memberi mereka semangat untuk
tetap melatih diri melakukan disiplin rohani. Tak lupa, aku juga membagikan apa
yang kudapat melalui saat teduhku dan juga jawaban-jawaban doaku. Sambil dalam
hati aku berdoa, supaya mereka juga memiliki kerinduan untuk bertemu dengan
Tuhan setiap hari.
Setahun berlalu.
Kegiatan KTB kami tidak sebatas hanya PA di kos Tia. Terkadang kami
berkumpul, tetapi hanya masak-masak dan makan bareng. Tanpa PA, tanpa bahas
bahan. Sederhana memang, namun aku berharap justru melalui itu kebersamaan bisa
terbangun. Bulan berikutnya, kami pergi bersama ke pantai. Main air, main
pasir, menunggu matahari terbenam bersama-sama, dan ngga lupa….foto-foto. Lalu pada saat gathering KTB dengan kelompok-kelompok kecil lainnya, mereka
dengan bersemangat mempersiapkan segala sesuatunya. Saat itu masing-masing
kelompok diminta unjuk talenta dan membawa makanan. Kenangan di tahun pertama
KTB ini, sungguh terasa manis.
Hingga memasuki
pertengahan tahun kedua, muncul permasalahan yang ternyata memicu timbulnya
konflik intern diantara mereka. Ngga perlu kubahas disini ya siapa yang
bermasalah dan apa masalahnya. Namun, itu ternyata menjadi awal keretakan
kelompok ini. Peranku sebagai mediator juga tidak terlalu berpengaruh. Ternyata
apa yang selama ini aku nilai tentang kelompok ini, berbeda jauh dari kenyataan
yang baru kulihat.
dari seorang kakak, yang masih terus mencoba mencari,
menanti dan mendoakan kalian berempat.
Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar